Alasan menagapa prestasi bulu tangkis indonesia menurun ?

Publicado  Sabtu, 12 Mei 2012


Prestasi atlet bulutangkis kita di dunia international memang mengalami penurunan terbukti dengan sedikitnya juara yang dihasilkan diberbagai tournament. Banyak komentar yang disampaikan oleh orang yang mengerti bulutangkis baik yang sifatnya mengkritik, memberi saran atau yang hanya sekedar berkomentar. Mengapa dengan menurunnya prestasi bulutangkis Indonesia, PBSI tidak mencoba membuat suatu seminar atau kajian dengan mengundang pakar-pakar dari beberapa disiplin ilmu yang mendukung. Disamping itu orang-orang yang berkomentar dapat lebih terarah dalam memberikan masukan tentang bagaimana membangun kembali prestasi olahraga bulutangkis yang pernah kita punyai.
Kalau saja PBSI punya inisiatif untuk memproduksi buku atau video tentang bulutangkis dan mempermudah bagi masyarakat untuk menjangkau atau mendapatkan buku atau video agar dapat diajarkan dasar dasar bulutangkis kepada anak-anak supaya bila mereka sudah siap masuk PB nanti tinggal di permatang teknik-teknik dasar tersebut.tapi karena begitu sulitnya buku-buku atau video tersebut sehingga mereka harus masuk PB untuk di ajarkan teknik dasar dari badminton.bukankah lebih dini di ajarkan lebih matang hasinya nanti.
Prestasi Indonesia menurun karena Indonesia jarang menurunkan para pemain junior ke berbagai turnamen. Coba kalo misalnya sering diturunin ke turnamen, pemain junior pasti akan bertambah pengalaman mainnya dan otomatis karena sudah lawan pemain luar negeri, kemampuannya lebih terasah, dan lebih mengenal gaya permainan pemain lain. Kalo turnamen itu tidak terlalu tinggi kelasnya, seperti grand prix, mendingan pemain muda aja yang diturunin, yang senior diistirahatkan
adapun kendala2 yang lain:
1. Biaya PBSI (katanya) tdk cukup mengirimkan semua pemain2nya ke luar negeri shg hanya pemain yg berpotensi juara yg dikirim.
Akibatnya:
Pemain utama tidak ada yang meng-cover bila terjdi penurunan prestasi. Jamannya thn 90an pemain kita slalu ada yg mencover. Tunggal putra silih berganti menjadi juara. Tnggal putri, susi susanti menurun, ada mia audina, dll.
2. Sistem manajemen kepelatihan perlu dikoreksi. Tdk ada salahnya merekrut pelatih luar. Dahulu kita menggunakan pelatih luar looo, sprti Tong Sin Fu, pelatih tunggal putra. Syang dia sulit mendptkan kwarganegraan Indonesia, akhirnya pulang ke China, dan malah mengorbitkan Lin Dan, Zhang Ning, dkk
FINALLY
3. Menjadi atlet di Indonesia sekarang ini tidak menjamin menjamin peningkatan standar kualitas hidup. Paradigma ini memang selalu bergeser, sehingga banyak orang tua tdk mengizinkan anaknya menjadi atlet. Berbeda kasus di negara lain. Pemerintah melalui MENPORA hrs giat m’berikan penghargaan yg lbh bgi atlet, krn mereka telah mengorbankan hampir sbgian hidupnya hanya utk berlatih dari anak2, dan mengesampingkan mengikuti pendidikan lanjutan.
Marilah kita pecinta bulutangkis dimana saja berada ikut mensosialisasikan bulutangkis ke masyarakat luas, perlu jg dengan pertemuan-pertemuan teori misal, seminar, diskusi, workshop atau yang lainnya.

Sejarah bulu tangkis dari Mesir kuno

Publicado  Rabu, 09 Mei 2012


Sejarah bulu tangkis memang banyak macamnya atau sumbernya. Olah raga yang dimainkan dengan kok dan raket, kemungkinan berkembang di Mesir kuno sekitar 2000 tahun lalu tetapi juga disebut-sebut di India dan Republik Rakyat Cina.
Nenek moyang terdininya diperkirakan ialah sebuah permainan Tionghoa, Jianzi yang melibatkan penggunaan kok tetapi tanpa raket. Alih-alih, objeknya dimanipulasi dengan kaki. Objek/misi permainan ini adalah untuk menjaga kok agar tidak menyentuh tanah selama mungkin tanpa menggunakan tangan.
Di Inggris sejak zaman pertengahan permainan anak-anak yang disebut Battledores dan Shuttlecocks sangat populer. Anak-anak pada waktu itu biasanya akan memakai dayung/tongkat (Battledores) dan bersiasat bersama untuk menjaga kok tetap di udara dan mencegahnya dari menyentuh tanah. Ini cukup populer untuk menjadi nuansa harian di jalan-jalan London pada tahun 1854 ketika majalah Punch mempublikasikan kartun untuk ini.
Penduduk Inggris membawa permainan ini ke Jepang, Republik Rakyat Cina, dan Siam (sekarang Thailand) selagi mereka mengolonisasi Asia. Ini kemudian dengan segera menjadi permainan anak-anak di wilayah setempat mereka.
Olah raga kompetitif bulu tangkis diciptakan oleh petugas Tentara Britania di Pune, India pada abad ke-19 saat mereka menambahkan jaring dan memainkannya secara bersaingan. Oleh sebab kota Pune dikenal sebelumnya sebagai Poona, permainan tersebut juga dikenali sebagai Poona pada masa itu.
Para tentara membawa permainan itu kembali ke Inggris pada 1850-an. Olah raga ini mendapatkan namanya yang sekarang pada 1860 dalam sebuah pamflet oleh Isaac Spratt, seorang penyalur mainan Inggris, berjudul "Badminton Battledore - a new game" ("Battledore bulu tangkis - sebuah permainan baru"). Ini melukiskan permainan tersebut dimainkan di Gedung Badminton (Badminton House), estat Duke of Beaufort's di Gloucestershire, Inggris.
Rencengan peraturan yang pertama ditulis oleh Klub Badminton Bath pada 1877. Asosiasi bulu tangkis Inggris dibentuk pada 1893 dan kejuaraan internasional pertamanya berunjuk-gigi pertama kali pada 1899 dengan Kejuaraan All England.
bulu tangkis menjadi sebuah olah raga populer di dunia, terutama di wilayah Asia Timur dan Tenggara, yang saat ini mendominasi olah raga ini, dan di negara-negara Skandinavia.

Awal mula Bulu tangkis : Dari Bristol sampai ke Indonesia

Publicado  

 
 Banyak dari kita pasti pernah melakukan olahraga rakyat yang satu ini, yup Bulu Tangkis atau badminton. Olahraga yang asik dimainkan secara tunggal, beregu maupun campuran ini memang bukan olahraga asli kreasi anak bangsa, melainkan produk import yang datangnya dari Eropa.
         Adalah Inggris sebagai biang keladi dari terciptanya olahraga ini. Permainan ini dikenalkan dan dikembangkan awalnya oleh keluarga Sonnerset dari Bristol, Inggris hingga akhirnya dapat berkembang luas pada abad XIX di Eropa. Berkat jasa mereka pulalah pihak kerajaan Inggris tak segan memberikan gelar Duke of Beaufort kepada Keluarga Sonnerset.
        Badminton House, salah satu tempat bersejarah olahraga bulu tangkis, kini masih menyimpan koleksi peralatan battledore dan shuttlecocknya. Shuttlecock saat itu beratnya dua kali lipat dibanding dengan yang ada sekarang. Panjang raket battledorenya sendiri kurang lebih setengah meter dengan kepala bulat tanpa senar. Kayu penepak ditutup kertas kulit sehingga menimbulkan bunyi, seperti orang memukul tambur.
Antara tahun 1840 sampai 1850, anak-anak Duke of Beaufort VII, tujuh laki-laki dan empat perempuan, bermain bulu tangkis dengan cara merentangkan tali antara pintu dan perapian. Mereka bermain menyeberangkan shuttlecock melewati tali tersebut dan hal inilah awal mula dari penggunaan net.
        Pada abad XII permainan ini pun telah digelar di lapangan olahraga kerajaan Inggris dan di tahun 1860 itu ada seorang penjual mainan dari London-mungkin juga penyedia peralatan battledore - bernama Isaac Spratt, menulis Badminton Battledore-a new game. Tulisan di situ menggambarkan terjadi evolusi permainan itu di Badminton House. Tak hanya di Inggris saja, bukti lain menyebutkan anggota kerajaan Polandia juga telah memainkan olahraga ini pada akhir abad XVII. Di tahun 1870 bulu tangkis hanya diperuntukkan untuk kalangan aristokrat saja dan dimainkan di ruang tamu mereka yang sangat luas.
        Tapi dalam perkembangannya, olahraga ini semakin meriah dengan dengan hadirnya sebuah klub bulu tangkis pertama yang bernama Folkstone yang berdiri di daerah Kent, Inggris. Buku pertama yang menceritakan tentang permainan ini adalah “Badminton” disusun oleh S.M Massey yang terbit pada tahun 1911. Massey adalah salah seorang pemain terkenal di Inggris dan menjadi sosok yang cukup berperan dalam administrasi badminton pada masa itu.
      Beberapa tahun kemudian untuk lebih mendisipilinkan jalannya permainan, pada tahun 1877 dikeluarkanlah peraturan pertama tentang bulu tangkis, kemudian diperbarui lagi di tahun 1890. Tapi peraturan permainan bulu tangkis yang sekarang berlaku di IBF hanya mengalami perubahan sedikit sekali dari peraturan yang dikeluarkan pada tahun 1890.
        Tahun 1901, mulailah bentuk dan ukuran lapangan yang sekarang sudah mulai dipakai. Sebelumnya, bentuk dan ukuran lapangan bulu tangkis banyak mengalami variasi, meskipun kebanyakan menggunakan bentuk jam. Kejuaran pertama bulu tangkis All England pun digelar di tahun 1897 yang hanya berlangsung selama satu hari tanggal 4 April di London-Scottish Drill Hall di Buckingham Gate, London. Walau cuma sehari, sukses penyelenggaraan Kejuaraan All England telah merangsang munculnya kejuaraan lainnya, seperti Kejuaraan Irlandia pada tahun 1900. Dilanjutkan dengan pertandingan internasional pertama kali antara Inggris melawan Irlandia pada tahun 1903, disusul Kejuaraan Aberdeen, Skotlandia pada tahun 1907.
        Pada tahun itu juga terbit The Badminton Gazette yang menjadi jurnal resmi persatuan bulu tangkis Inggris. Menyeberang Lautan Atlantik bulu tangkis hinggap di British Columbia tahun 1914 dan tahun 1920-an menyebar ke berbagai kota Kanada. Tahun 1921 Kanada mengadakan kejuaraan pertamanya. Badminton juga menyebar ke Amerika Serikat, dengan New York sebagai kota persinggahan pertama. Hollywood juga disinggahi, dan sempat dibuat film Good Badminton untuk mengembangkannya.
        Namun baru 1905 Badminton menarik banyak perhatian masyarakat. Tahun itu terselenggara Seri Dunia yang mempertemukan Jack Purcell dari Kanada dan Jess Willard dari AS. Sekitar 3000 penonton memadati gedung di Seattle ini, dengan Purcell menang 15-7, 15-6, 15-9 dalam pertandingan the best of five match. Selain kejuaraan, bulu tangkis juga dikenalkan dalam bentuk turnamen yang sangat berperan dalam memperkenalkan olahraga ini ke negara lain. Para pemain datang ke Inggris untuk belajar olahraga bulu tangkis, dan melakukan eksibisi antar tim dari berbagai negara di Eropa.
         Tahun 1925 tim Inggris mengadakan lawatan ke Kanada. Banyak segi positif dari lawatan ini, sehingga di kedua negara tersebut muncul persatuan bulu tangkis pada tahun 1931 di Kanada, dan tahun 1936 di Amerika Serikat. Perkembangan badminton yang cepat menjadi olahraga dunia itu menuntut dibentuknya sebuah badan internasional. Maka pada tahun 1934 didirikan IBF yang bertujuan untuk membantu mengembangkan bulu tangkis di tingkat internasional dengan Inggris Raya (Inggris, Irlandia, Wales, dan Skotlandia), Denmark, Kanada, Selandia Baru, dan Prancis sebagai negara pendiri. Hal ini disambut baik oleh Sir George Thomas, dengan memberikan sumbangan Thomas Cup untuk kejuaraan beregu putra pertama pada tahun 1948.
         Tahun 1956 Mrs. H.S Uber pemain ganda putri terbaik Amerika Serikat menjadi pemrakarsa untuk kejuaraan beregu putri tingkat dunia. Turnamen bulu tangkis terbuka pertama diadakan di Amerika Serikat pada tahun 1954, yang mengijinkan pemain dari luar negeri untuk bergabung. Hal ini dimaksudkan agar pemain Amerika dapat meningkatkan kualitas permainan mereka. Selain di Eropa dan Amerika olahraga bulu tangkis juga berkembang di daerah jajahan Inggris, seperti Malaysia, dan Singapura.
         Nah, lewat dua negara inilah bulu tangkis sampai juga bulu tangkis ke Indonesia melalui Medan dan Palembang . Namun ada pula yang berpendapat permainan bulu tangkis ini dibawa langsung ke Jakarta pada tahun 1930. Hal itu didukung menurut catatan yang yang menyatakan di tahun 1933 sudah ada perkumpulan bulu tangkis di Jakarta, yaitu BBB (Batavia Badminton Bond), BBL (Batavia Badminton League), dan BBU (Batavia Badminton Unie). Adapun Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) sendiri didirikan pada tahun 1951. Tujuan pendirian PBSI adalah untuk menangani dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan bulu tangkis di Indonesia. (berbagai sumber)