Prestasi
atlet bulutangkis kita di dunia international memang mengalami
penurunan terbukti dengan sedikitnya juara yang dihasilkan diberbagai
tournament. Banyak komentar yang disampaikan oleh orang yang mengerti
bulutangkis baik yang sifatnya mengkritik, memberi saran atau yang hanya
sekedar berkomentar. Mengapa dengan menurunnya prestasi bulutangkis
Indonesia, PBSI tidak mencoba membuat suatu seminar atau kajian dengan
mengundang pakar-pakar dari beberapa disiplin ilmu yang mendukung.
Disamping itu orang-orang yang berkomentar dapat lebih terarah dalam
memberikan masukan tentang bagaimana membangun kembali prestasi olahraga
bulutangkis yang pernah kita punyai.
Kalau
saja PBSI punya inisiatif untuk memproduksi buku atau video tentang
bulutangkis dan mempermudah bagi masyarakat untuk menjangkau atau
mendapatkan buku atau video agar dapat diajarkan dasar dasar bulutangkis
kepada anak-anak supaya bila mereka sudah siap masuk PB nanti tinggal
di permatang teknik-teknik dasar tersebut.tapi karena begitu sulitnya
buku-buku atau video tersebut sehingga mereka harus masuk PB untuk di
ajarkan teknik dasar dari badminton.bukankah lebih dini di ajarkan lebih
matang hasinya nanti.
Prestasi
Indonesia menurun karena Indonesia jarang menurunkan para pemain junior
ke berbagai turnamen. Coba kalo misalnya sering diturunin ke turnamen,
pemain junior pasti akan bertambah pengalaman mainnya dan otomatis
karena sudah lawan pemain luar negeri, kemampuannya lebih terasah, dan
lebih mengenal gaya permainan pemain lain. Kalo turnamen itu tidak
terlalu tinggi kelasnya, seperti grand prix, mendingan pemain muda aja
yang diturunin, yang senior diistirahatkan
adapun kendala2 yang lain:
1. Biaya PBSI (katanya) tdk cukup mengirimkan semua pemain2nya ke luar negeri shg hanya pemain yg berpotensi juara yg dikirim.
Akibatnya:
Pemain utama tidak ada yang meng-cover bila terjdi penurunan prestasi. Jamannya thn 90an pemain kita slalu ada yg mencover. Tunggal putra silih berganti menjadi juara. Tnggal putri, susi susanti menurun, ada mia audina, dll.
2. Sistem manajemen kepelatihan perlu dikoreksi. Tdk ada salahnya merekrut pelatih luar. Dahulu kita menggunakan pelatih luar looo, sprti Tong Sin Fu, pelatih tunggal putra. Syang dia sulit mendptkan kwarganegraan Indonesia, akhirnya pulang ke China, dan malah mengorbitkan Lin Dan, Zhang Ning, dkk
Pemain utama tidak ada yang meng-cover bila terjdi penurunan prestasi. Jamannya thn 90an pemain kita slalu ada yg mencover. Tunggal putra silih berganti menjadi juara. Tnggal putri, susi susanti menurun, ada mia audina, dll.
2. Sistem manajemen kepelatihan perlu dikoreksi. Tdk ada salahnya merekrut pelatih luar. Dahulu kita menggunakan pelatih luar looo, sprti Tong Sin Fu, pelatih tunggal putra. Syang dia sulit mendptkan kwarganegraan Indonesia, akhirnya pulang ke China, dan malah mengorbitkan Lin Dan, Zhang Ning, dkk
FINALLY
3. Menjadi atlet di Indonesia sekarang ini tidak menjamin menjamin peningkatan standar kualitas hidup. Paradigma ini memang selalu bergeser, sehingga banyak orang tua tdk mengizinkan anaknya menjadi atlet. Berbeda kasus di negara lain. Pemerintah melalui MENPORA hrs giat m’berikan penghargaan yg lbh bgi atlet, krn mereka telah mengorbankan hampir sbgian hidupnya hanya utk berlatih dari anak2, dan mengesampingkan mengikuti pendidikan lanjutan.
3. Menjadi atlet di Indonesia sekarang ini tidak menjamin menjamin peningkatan standar kualitas hidup. Paradigma ini memang selalu bergeser, sehingga banyak orang tua tdk mengizinkan anaknya menjadi atlet. Berbeda kasus di negara lain. Pemerintah melalui MENPORA hrs giat m’berikan penghargaan yg lbh bgi atlet, krn mereka telah mengorbankan hampir sbgian hidupnya hanya utk berlatih dari anak2, dan mengesampingkan mengikuti pendidikan lanjutan.
Marilah
kita pecinta bulutangkis dimana saja berada ikut mensosialisasikan
bulutangkis ke masyarakat luas, perlu jg dengan pertemuan-pertemuan
teori misal, seminar, diskusi, workshop atau yang lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar